Sabtu, 05 Oktober 2013

IMAN, ISLAM Dan INSAN KAMIL Part01


­
Hamba  Allah Sekalian
Assalamualaikum wrwb. 
Semoga kita sekalian mendapat balasan dan Rahmat dari Yang Maha Esa dalam menyedarkan umat Islam di dalam mengukuhkan semangat cinta kepada Nabi Muhammad Saw. dan taat setia kepada zuriat Sibaginda.
 

A... min...

Tulisan ini akan membincangkan pemahaman Ilmu Syahadah akan keEsaan Allah Tuhan Semesta Alam, mengajak kita sekalian untuk berfikir bahwa sesungguhnya segala sesuatu adalah dari Allah Swt. bersama Allah Swt. dan untuk Allah Swt., kita sekalian tidak berhak clem mempunyai ide apalagi mengaku  menciptakan. Segala prilaku seisi jagat raya ini dengan izin Allah Swt. jua, tiada berprilaku akan Dia dengan kehebatan yang ada pada sekalian.
Ketahuilah bahwa ego diri akan membawa diri kepada sombong dan ujub, sifat  ini akan menjadikan diri keji lagi tercela bakal menghapuskan segala amalan kita sekalian. Perbincangan kita ini menuju pemahaman Zatullah, bermanfaat untuk membawa kembali hamba-hamba Allah Swt. menuju Allah Tuhan Semesta Alam mengenal NYA dan menjauhi perbuatan syirik. 
Sadarlah…! ”awwaluddin makrifatullah”, itu pemahaman akan asal-muasal kita, sekalipun kita bertitel tinggi,  menjabati jabatan yang tinggi serta harta yang berlimpah selagi belum memahami Rasulullah Saw. serta ilmu darinya.. bukan tergolong Ahlil Baitnya.
Allah Tuhan Semesta Alam menghidayahkan satu malam yang lebih berkah dari seribu bulan, kepada hamba-hamba yang dikehendakiNYA,  yaitu Lailatul Qadar. Adakah malam yang lebih baik dari seribu bulan? dan adakah hamba Allah yang lebih tinggi maqomnya dari martabat Rasul Allah? serta adakah pula ilmu yang lebih tinggi dari Ilmu Syahadah?, janganlah kita sekalian terjerumus dalam prilaku syeitan, yaitu menganggap diri hebat. Sekecil apapun itu maka kita sekalian tergolong dalam ria’, padi yang berisi akan semakin tunduk, bukan tegak seperti ilalang.

MENGENAL TUHAN MELALUI  LAILATUL QADAR


Apa itu Lailatul Qadar…?, Mari kita bincangkan,


Lailatul Qadar itu, artinya :
Menurut bahasa perkataan Laila bermaksud malam, perkataan Qadar bermaksud mubarakatin (keberkahan) atau saat yang diperingati. Jika kedua dua perkataan itu digabungkan, akan membawa maksud Lailatul Qadar yaitu malam keberkahan atau malam yang diperingati.


Mengikut tafsiran Ilmu Syahadah, perkataan laila menuju kepada jahil, perkataan qadar menuju kepada pemahaman/berilmu-(alim). Jika kedua-dua perkataan tersebut digabungkan, akan membawa maksud yaitu dari bersifat seorang yang jahil kembali bertukar kepada seorang yang alim yang memahami/ berilmu. terbuka baginya hijab pintu hatinya daripada seorang yang tidak mengenal Allah swt, akan berubah kepada seorang yang mengenal Allah swt. Saat mengenal Allah itulah yang dikatakan saat keberkahan dan saat-saat yang tidak akan di lupakan untuk selama-lamanya.

Ia juga membawa maksud, daripada suasana gelap gulita, hitam, kotor dan jahil. Fasiq hatinya dari ilmu makrifatullah, bertukar kepada suasana yang gemilang sinar cahaya keberkahan yang amat terang benderang hatinya setelah mendapat ilmu mengenal Allah. Sifat jahil bertukar kepada sifat mengenal dirinya dan bertukar kepada mengenal Allah. Dari asalnya bersifat fasik (tidak mengenal Allah), kini bertukar dan berubah kepada seorang yang bersifat alim (mengenal Allah). Inilah pengartian malam Lailalatul Qadar yang sebenar-benarnya.
Kebanyakkan dari kita memahami malam Lailatul Qadar itu, hanya tentang keajaiban-keajaiban pada bulan Ramadan. Seumpama air kering akan menjadi penuh (melimpah) pokok kayu akan jadi tunduk (rebah) menyembah bumi dan sebagainya.
Sedangkan intisari daripada maksud lailatul qadar itu, sebenarnya adalah bermaksud ; 
“Dari Sifat Seorang Yang Buta Matahatinya Bertukar Kepada Cerah Mata Hatinya Karena Memandang dan Mengenal Allah Swt."
Menurut Imam Asy Syarani,
arti dan makna lailatul qadar itu “suasana hati”.
“Apabila kita sekalian ingin hatinya hidup, yaitu hidup yang tidak ada matinya sesudahnya lagi, maka keluarlah kita sekalian dari menyandarkan harapan kepada makhluk, matikan hawamu dan iradatmu.
Di waktu itulah kita sekalian akan diberi oleh Allah hidup yang sejati, hidup yang tak ada mati sesudahnya, kaya yang tak ada miskin sesudahnya, pemberian yang tak ada henti-hentinya.
Lalu diangkat nilai kita sekalian dalam hati hamba-hambaNya sehingga kita sekalian tidak akan sesat untuk selama lamanya”.
Apakah arti hidup yang tiada mati sesudahnya ?
Haqiqatnya adalah menuju kepada ilmu mengenal Allah (”awwaluddin makrifatullah”), yaitu awal Agama itu mengenal Allah.
Sesudah kita sempurna sampai kepada tahap ilmu mengenal Allah (mendapat lailatul qadar), ilmu itu akan hidup di dalam hati kita selama lamanya, yang tidak akan ada kesudahannya dan tidak akan pernah padam dan terhapus selama-lamanya. Wajah Allah inilah yang akan kita bawa, sampai hari kiamat dan hari menghadap Allah swt. Apabila kita telah berjumpa dengan ilmu mengenal Allah, ingatan hati kita kepada Allah tidak akan pernah terluput walaupun sesaat, walaupun ketika jasad sedang tidur.
Iktikad atau pegangan hati kita, akan berubah sepenuhnya, daripada bersifat gelap kepada terang, daripada bersifat mati bertukar kepada hati yang senantiasa hidup. Yang tetap hidup dan tiada mati itu, adalah ingatan kita kepada Allah, akan tetap hidup dihati kita, yang tidak akan ada matinya, bukan bermakna tidak mati jasad, tetapi tidak mati ingatan kita kepada Allah. Bagi yang mendapat lailatul qadar, ia juga tidak akan sesat selamanya.
Apabila ingatan kita kepada Allah tidak pernah mati dan tidak pernah padam, disitulah segala kebesaran Allah akan dapat kita miliki dan menjiwainya dengan penuh pengartian, pengartian itu nantinya akan terzohir keluar sehingga melimpah ruah, rasanya seumpama kita ini kaya yang kekayaan itu tidak akan menemui jalan kemiskinan, kelezatan zhauq yang tidak pernah menemui jalan luntur yaitu kaya dengan sifat sabar, taat, patuh, tawakkal dan taqwa. Pemberian kekayaan seumpama itu akan seterusnya dan berkepanjangan hidupnya di dalam hati, selagi akal bersifat waras terhadap Allah.
Intisari ialah, :
Dari bersifat mati ingatan bertukar kepada bersifat ingatan kepada Allah senantiasa hidup, Mati hawa nafsu, Mati kehendak dan mati keinginan selain Allah. Mati harapan kepada makhluk, bertukar harapan kepada Allah, menuju bersifat sayang kepada Allah.
Menurut Ar Rumi, lailatul qadar itu bagi :
“Diri yang telah terjual, Allah telah membeli jiwa kita, untuk Dia Bayarannya adalah syurga.
Sebab itu tidak seorang pun yang dapat membelinya dan menawarnya sampai akhir zaman. Bagi yang mendapat lailatul qadar, diumpamakan dirinya telah terjual dan telah tergadai kepada Allah. Setelah kita serahkan dan mengembalikan diri kita kepada Allah Swt. Inilah kedudukan iktikad atau pegangan hati orang makrifatullah, yang tidak ada duanya berbanding Allah. Sekali kita berserah diri kepada Allah jangan hendaknya berputar balik. Pupuklah hati supaya buah tawakkal dan buah berserah boleh bertambah dengan subur.
Bagi yang mengenal Allah (yang mendapat anugerah lailatul qadar) mereka tidak akan berpaling lagi dari Allah Swt. Walaupun didatangi musibah, penyakit, kemiskinan, dan kepayahan hidup, mereka tidak akan berpaling dari berserah diri dan bertawakkal kepada Allah. Tidak ada lagi arti kecewa dan arti penyesalan dihati mereka. Hatinya kepada Allah tetap utuh dan tidak mudah tergoda dengan kekayaan dan kemewahan. Segala sifat,  asma dan zat yang mendatang di atas diri kita ini, dianggap telah terjual dan bukan lagi menjadi milik kita. Semua sifat yang mendatang, telah dianggap seumpama anugerah dari Allah Swt. kepada kita, kita ini tidak ubah seperti bayangan kita sendiri yang cuma mengikuti kemana diri bergerak.
Oleh sebab itu terimalah segalanya dengan ucapan Alhamdulillah (rasa syukur).
Kita sebenarnya telah mati dan telah menjual sifat perangai, sifat jasad, sifat nama dan sifat zat kita kepada Allah. Hilangkan sifat ego, sifat marah, tinggi diri, dengki, hasat-hasut, tamak harta dunia, putus asa dan sebagainya. Kita serahkan segala galanya ke atas kebijaksanaan Allah Swt., Allahlah yang menentukan dan mengatur kehidupan kita.
Firman Allah SWT. :
“Pada malam itu turun Malaikat-Malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.”(Al qadar :4)
Roh kita telah ditugaskan bagi membawa perintah Allah,  menjadikan perangai yang dijalankan dengan baik dan sempurna oleh anggota tubuh (panca indera). Nama yang di panggil itu pada haqiqtnya anggota dan zat roh itu sendiri, supaya dapat dikembalikan pada haqnya (sifat zat Allah).
Berakatnya sejarah diri (roh) disaat kita mengenal roh dan mengenal Allah.
Malam lailatul qadar itu, lebih dikenali bagi malam seribu bulan (1000 bulan).
dimaksud : Terang benderang (dalam keadaan sadar yang sempurna).
Dikiaskan, :
Seumpama malam yang gelap gelita berubah terang-benderang, telah diterangi (dihidupkan) dan ditemani oleh seribu buah bulan, begitu terangnya bumi ini, diterangi dan dihidupkan oleh seribu buah bulan. 

Haqiqatnya, :
begitu terangnya hati mereka yang mendapat cahaya lailatul qadar dengan hanya membaca sepotong ayat dari ayat-ayat Allah.
Barokahnya, :
Seumpama hati kita telah diterangi dan dihidupkan oleh seribu bulan itu seperti nilai kematangan akal yang berumur seribu tahun (dengan kelebihan dan kedewasaan), seperti tiba-tiba menjadikan akal yang jahil dalam sekelip mata kepada akal yang beriman kepada Allah.
Begitulah nilai terangnya hati mereka yang mendapat anugerah lailatul qadar, dari bersifat lalai bertukar kepada yang bersifat ingat kepada Allah, dari hati yang memahami syariat, akan bertukar kepada hati yang memahami syariat beserta makrifatullahnya, bagi mereka yang mengenal Allah (mendapat anugerah lailatul qadar), alam ini sekalipun tidak diterangi bulan dan digelapkan sekalipun, hati mereka sudah cukup terang oleh cahaya makrifatullah kepada Allah.

Al Kisah
Bagaimana Saidina Umar Al Khatab memeluk Islam.
Pada zaman Rasulullah, ada seorang hamba Allah, yang terkenal dengan ganas dan bengisnya, beliau ingin membunuh Sibaginda Rasulullah yang sudah mengubah pemahaman agama keturunan mereka yang dianutnya menjadi Islam, didapatinya pula adik perempuan kandungnya sendiri dan suaminya telah memeluk islam secara diam-diam, bertambah marah dan lebih membakar hatinya untuk membunuh Sibaginda Rasulullah. Beliau lalu mendatangi rumah adiknya dengan tujuan mencari Sibaginda Rasulullah, sesampai ke rumah adik perempuannya didapati adik dan suaminya sedang membaca sesuatu, beliau coba merampasnya dengan tujuan ingin membuang potongan bacaan itu, tetapi dihalang oleh adiknya, sehingga beliau terpaksa bersikap kasar dengan menampar pipi adiknya sehingga terjatuh, terjatuh adiknya tadi, tercecerlah potongan ayat dari gengaman adik perempuannya lalu dirampas dan dibacanya. Setelah membaca, beliau pun menangis bergenang air mata bercucuran jatuh membasahi pipinya, seperti tiba tiba didatangi suasana yang luar bisa, dari bengis bertukar baik, dari panas bertukar sejuk dan dari jahil bertukar alim. Dalam masa sesaat, suasananya telah berubah dan mengubah hatinya yang gelap itu, seumpama diterangi oleh seribu bulan, dengan hanya sepotong ayat saja, telah membuka pintu hatinya seperti mendadak dari hatinya bersifat panas, kini kembali bertukar menjadi sejuk.
Ayat itu telah meresap ke dalam lubuk dada yang membentuk hatinya berubah seperti tiba-tiba. Lalu beliau bertanya “di mana Muhammad sekarang? Bawa aku kepadanya! dan semua sahabat Rasululluh penuh ketakutan, sesampainya dihadapan Muhammad yg tadinya sekalian sahabat Rasullulah takut akan kebengisan Umar bin Al khattab, suasananyapun berubah dengan mengubah hatinya Umar bin Al khattab yang gelap itu, dari hatinya bersifat panas, kini bertukar menjadi sejuk. Kalimat yg terucap dimulut Umar bin Al khattab dihadapan Rasullulah “Bimbing Aku dalam keIslaman ya Muhammad dan masukan Aku dalam ajaran agamaMu” lalu memeluk Rasullulah.
Itulah kisah Umar bin Al khattab (Panglima Islam yang tersohor) Saidina Umar merasa hatinya telah di pukul oleh ayat berkenaan. Inilah hakikat lailatul qadar yang membawa perubahan yang mendadak, kenikmatan dan keberkahan seperti tiba-tiba. inilah sebagai gambaran dan menunjukkan maksud lailatu qadar yang sebenar-benarnya (pada Haqnya).
Dengan hanya sekelip mata, beliau sudah dapat merasai dan menikmati keberkahan lailatul qadar, sudah dapat mengubah sifat kerohaniannya. Inilah yang dikatakan hari lailatul qadar, yaitu hari yang di peringati, hari yang indah dan saat-saat yang paling bersejarah juga yang paling diingat dalam kehidupan seseorang insan menuju Allah swt.

_____ oo0 by DODI 0oo _____

Bersambung ke Halaman Berikutnya Klik disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar